Divhumas Polri Gelar FGD Kontra Radikalisme Di Makassar Terorisme Adalah Musuh Kita Bersama

Media Humas Polri//Makassar

Dalam rangka memperkuat ketahanan masyarakat terhadap ancaman radikalisme dan terorisme, Divisi Humas Polri menyelenggarakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) bertema “Terorisme adalah Musuh Kita Bersama” yang berlangsung di Mapolrestabes Makassar. Acara ini diikuti oleh beragam elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga tokoh pemuda.

Bacaan Lainnya

Kegiatan FGD dibuka oleh Kabag Penum Divhumas Polri, Kombes Pol Erdi A. Chaniago, yang menekankan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi tantangan zaman, terutama di era digital yang serba cepat dan terbuka.

“Hari ini kita tidak bisa lagi berharap kembali ke era konvensional. Kita hidup di era digital. Bukan untuk ditolak, tapi untuk dihadapi dengan bijak,” tegasnya.

Kombes Pol Erdi juga menyoroti fenomena perubahan perilaku remaja, di mana kenakalan tidak lagi didominasi oleh pengaruh lingkungan luar, melainkan berasal dari penggunaan teknologi yang tidak terkendali di ruang pribadi.

Anak-anak kita saat ini bisa terpapar konten negatif bukan dari teman bermain, tapi dari kamar mereka sendiri melalui gadget dan akses internet yang tak terpantau,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, masyarakat terutama orang tua diajak untuk lebih cerdas dalam mengelola penggunaan teknologi dan media sosial dalam lingkungan keluarga. Ia menegaskan bahwa literasi digital menjadi kunci untuk membentengi generasi muda dari paparan konten radikal maupun hoaks.

FGD ini turut menghadirkan narasumber khusus, Ustadz Muchtar Daeng Lau, seorang mantan narapidana kasus terorisme (napiter) yang kini aktif berdakwah sebagai bentuk rehabilitasi dan kontribusi positif bagi negara.

Dalam pemaparannya, Ustadz Muchtar mengajak peserta untuk lebih kritis terhadap informasi yang tersebar di media sosial.

“Saring sebelum sharing. Jangan mudah percaya dan ikut menyebarkan informasi yang belum jelas sumbernya. Bisa jadi itu bagian dari propaganda,” ujarnya.

Ia juga menyoroti penyebaran konten keagamaan yang tidak terverifikasi, khususnya hadis dan ajaran yang kerap beredar bebas di grup-grup media sosial, tanpa ada klarifikasi keilmuan.

“Dulu prestasi dikenal hanya di lingkungan kecil, sekarang cukup viral di media sosial. Sayangnya, yang dicari bukan kebenaran, tapi popularitas lewat like dan share,” tambahnya.

Melalui kegiatan FGD ini, Divhumas Polri berharap dapat membangun kesadaran kolektif untuk menolak segala bentuk paham intoleran dan radikal. Pendekatan yang lebih humanis, edukatif, dan berbasis literasi digital akan terus digalakkan dalam menjaga keutuhan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).( Alfian).

Pos terkait