Kisah Tragis Rawat Anak Yang Lumpuh Janda Tidak Mampu di Desa Bukit Raya Kecamatan Marga Sekampung

Media Humas Polri//Lampung Timur

Sungguh memilukan kisah Sunarmi (53), seorang janda tidak mampu asal Desa Bukit Raya, RT/RW- 006/002, Kecamatan Marga Sekampung, kabupaten lampung Timur, yang harus berjuang seorang diri guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta merawat anak gadisnya Iin Yuliana (28) yang kini tengah menderita kelumpuhan serta sakit yang tak kunjung Sembuh.

Bacaan Lainnya

Sunarmi, merupakan salah satu potret kemiskinan di Bumei Tuwah Bepadan Lampung Timur yang tak tersentuh oleh pihak pemerintah Daerah maupun Pusat. Sunarmi hidup di sebuah rumah berukuran 4×6 bersama seorang putrinnya yang tengah menderita suatu penyakit yang disertai kelumpuhan. Iin Yuliana (28) sebelumnya dikabarkan sempat bekerja di Jakarta untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarganya dan menjadi tulang punggung perekonomian bagi sang ibundanya, namun akibat penyakit yang dideritanya tak kunjung membaik, Iin memutuskan kembali ke kediamannya di Desa Bukit Raya untuk menjalani pengobatan yang hingga akhirnya Iin menderita kelumpuhan sejak setahun yang lalu.

Setelah putrinya menderita kelumpuhan sejak setahun lalu, kini Sunarmi lah yang menjadi tulang punggung keluarganya, selain beban dipundak yang harus dipikul seorang janda tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, Sunarmi juga harus berjuang untuk mendapatkan biaya pengobatan sang buah hatinya yang kini tengah menderita kelumpuhan. Salah seorang kerabat yang senantiasa membantu kehidupan sehari-hari Sunarmi menyayangkan Pemkab Lampung Timur seakan tutup mata terhadap kondisi Sunarmi dan Iin Yuliana putrinya yang kini tengah menderita kelumpuhan.

“Seharusnya pemerintah mendahulukan pelayanan masyarakat, terutama pengentasan kemiskinan. Percuma jalan halus, kantor pemerintahan megah, tapi kemiskinan masih banyak,” papar kerabatnya.

Sunarmi yang kesehariannya hanya bekerja sebagai buruh serabutan serta merawat secuil kebun peninggalan sang suami tercinta, kini memikul beban berat yang harus ditanggungnya, pasalnya perhatian pihak Desa hanyalah sebatas Bantuan BLT-DD yang diterimanya pertiga bulan, selain bantuan BLT-DD Sunarmi yang seharusnya dapat diusulkan program PKH oleh pihak Desa, namun sampai kini program bantuan tersebut tak kunjung diterimanya.

“Iya dapet yang Rp.900 ribu itu apa namanya mas?, itu aja mas yang dikasih. PKH itu apa mas? Gak pernah mas dapet bantuan beras. Saya mana berani nanya-nanya mas, takut saya gak berani,” ujarnya serasa menahan air matanya.

Selain itu saat Media Humas Polri menanyakan terkait apakah, dirinya pernah mengusulkan untuk program PKH kepada pihak Desa, sontak Sunarmi dengan nada takut menjelaskan, bahwa dengan kondisinya yang notabennya hanyalah seorang rakyat jelata, dirinya tidak memiliki keberanian untuk memperjuangkan haknya sebagai calon penerima manfaat PKH.

“Gak berani mas, saya ini orang kecil mana berani mas, mana yang dikasih aja saya terima. Saya gak berani karna saya orang gak punya, kita orang desa mereka kan pejabat mas,” Ungkapnya saat dijumpai di rumahnya Jumat 26 September 2025

Iin Yuliana Sempat mendapat pengobatan oleh pihak keluarga beserta pihak Desa dan seorang dermawan baik ke Rumah Sakit maupun terapi di wilayah Sukadana, namun akibat keterbatasan biaya kini putri bungsu dari Sunarmi hanya mampu menerima takdir pahit yang harus dijalani, dengan menerima segala kekuasaan sang pencipta, wahai para penguasa lihatlah rakyatmu.

Masyarakat setempat berharap kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Timur, Bupati Lampung Timur, DPRD maupun instansi Dinas Sosial dapat tergugah hatinya untuk dapat turun langsung meninjau serta membantu keluarga Sunarmi yang notabennya merupakan keluarga tidak mampu, agar mendapatkan hak serta bantuan pengobatan bagi masyarakatnya yang sedang membutuhkan bantuan nyata dari pihak Pemerintah.

Sunarmi merupakan salah satu contoh kecil dari masyarakat yang tidak mampu, namun nyaris tak mendapat perhatian khusus dari Pemerintah setempat. Apakah para pemimpin di negeri ini yang mendapat mandat sebagai wakil rakyat hanya datang ketika membutuhkan suara dalam pemilukada saja? Lantas bagaimana dengan nasib masyarakat yang membutuhkan uluran tangan dari pemerintah?

Apakah janji-janji para Pemimpin maupun wakil rakyat hanya sebatas ucapan belaka? Lantas sampai kapan masyarakat kecil hanya dimanfaatkan ketika saat sedang ada sayembara perebutan kekuasaan?. Tutup mata, atau berpura pura buta melihat rakyatnya menderita?, Akankah para wakil rakyat serta pemilik kekuasaan di Bumei Tuwah Bepadan Lampung Timur ini akan tergugah hatinya ketika melihat rakyatnya menderita?? (Sarifudin Mb)

Pos terkait