Prof. Suparto Widjoyo Kampus Harus Jadi Penjaga Moral dan Kontributor Intelektual Bangsa

Media Humas Polri//Surabaya

Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Prof. Dr. Suparto Widjoyo, S.H., M.Hum., menegaskan pentingnya peran kampus sebagai penjaga moralitas dan kekuatan intelektual bangsa dalam menghadapi dinamika kehidupan bernegara. Hal ini disampaikan dalam sebuah forum akademik yang membahas kontribusi sivitas akademika terhadap pembangunan nasional.

Bacaan Lainnya

Prof. Suparto yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur dan Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup MUI Jawa Timur, menekankan bahwa kampus harus hadir sebagai pilar keseimbangan moral publik di tengah tantangan kebangsaan.

“Saya selalu mengamanatkan bahwa kampus adalah kekuatan moral dan intelektual. Ini merupakan kontribusi penting dalam menjaga ketertiban dan keberlangsungan kehidupan bernegara,” ujar Prof. Suparto.

Ia menyoroti pentingnya implementasi nilai Excellence with Morality yang menjadi semangat Universitas Airlangga. Menurutnya, nilai ini harus diwujudkan dalam tindakan nyata oleh seluruh unsur kampus—baik mahasiswa, dosen, maupun tenaga kependidikan—termasuk melalui kritik konstruktif terhadap kebijakan pemerintah.

“Kritik dari kampus harus dalam bingkai keagamaan dan kebangsaan. Kritik yang membawa maslahat, bukan justru merusak tatanan masyarakat dan negara,” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Suparto juga mengajak sivitas akademika untuk meneladani semangat para pendiri bangsa yang berhasil menyatukan ribuan pulau, bahasa, dan suku menjadi satu kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Alhamdulillah, para pendiri bangsa telah meletakkan dasar Pancasila dan membentuk satu negara: Republik Indonesia. Ini adalah amanah sejarah yang harus terus kita jaga,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Prof. Suparto menegaskan bahwa seluruh rakyat Indonesia, terutama generasi muda, memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga kedaulatan, ketertiban, serta keadilan sosial, sambil memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

“Yang harus kita pegang teguh adalah prinsip khairunnas anfa’uhum linnas—sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi sesamanya,” pungkasnya.(Alfian)

Pos terkait